watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Selimut Kenikmatan

Awal berdirinya perusahaanku aku termasuk
karyawan pertamanya. Pada waktu itu aku
seorang karyawan sebuah pabrik pembuatan
saos di kota Pekalongan, posisiku adalah sebagai
supervisor bagian marketing sesuai dengan
ijasahku di bidang ekonomi-akuntansi, kini
pengalaman ini aku tulis aku menduduki salah
satu jabatan direktur di perusahaanku. Sebagai
seorang supervisor tentunya aku mempunyai
beberapa staff yang sebagian besar perempuan.
Dalam merekrut karyawan tentu aku yang
banyak menentukan kriteria seorang calon
karyawan.
Yang pertama adalah menarik, diutamakan bila
cantik. Pendidikan terendah SMA, tinggi badan
terendah 155 cm dan tentunya tidak terikat oleh
perusahaan manapun. Mau bekerja full time bila
perusahaan membutuhkan dan bersedia
bertugas ke kota lain bila order berlimpah.
Kriteria itu aku kirimkan ke sebuah surat kabar
terkenal dan hasilnya banyak sekali pelamar yang
berminat bahkan melebihi dari kriteria yang aku
butuhkan, mereka sarjana semua seperti aku. Di
awal berdirinya perusahaan hanya
membutuhkan sepuluh karyawan, satu
diantaranya seorang laki-laki. Karyawan laki-laki
aku kirim ke luar kota untuk merintis bagi
masuknya order baru. Ternyata pilihanku tidak
salah, karyawanku itu ternyata pandai menarik
order sehingga perusahaan kebanjiran order.
Satu dari sembilan staffku bernama Shariffa
dipanggil dengan Iffa. Selain cantik, kulitnyapun
mulus dengan sorot mata yang menawan
sehingga membuat jantungku berdegub-degub
bila dekat dengannya. Dia sudah bersuami,
suaminya kini tergolek lemah dirumah akibat
kecelakaan yang dialaminya sehingga
membuatnya lumpuh. Santunan yang diberikan
dari perusahaan suaminya berkerja habis untuk
berobat suaminya. Kejadian itu sudah hampir
setahun yang lalu, lambat laun kondisi keuangan
mereka menipis itulah yang membuatnya harus
mencari kerja untuk menghidupi keluarganya,
merawat suaminya diserahkan kepada ibu
mertuanya. Untung mereka belum dikaruniai
anak, sehingga Iffa leluasa untuk mencari kerja,
meninggalkan sang suami tercinta dalam
perawatan ibundanya.
Pengalaman hidupnya diceritakan kepadaku
ketika kami berhenti untuk makan di rumah
makan dalam perjalanan menuju ke Jogja.
Hanya kami berdua, sopir yang kami pakai minta
ijin karena keponakannya akan disunat. Di Jogja
kami langsung menemui beberapa klien kami
untuk melakukan transaksi, kalau dihitung ada
puluhan toko yang berhasil kami tambah
ordernya hal yang sangat luarbiasa bagi karierku.
Kami menginap disebuah losmen di sekitar
daerah Maerokoco di jalan Jogja-Magelang. Mobil
kijang yang kami pakai aku belokkan masuk ke
halaman parkir losmen, untuk itu perusahaan
mempercayakan aku membawa salah satu dari
beberapa mobil terbaiknya.
“Mas satu kamar saja,” kata Iffah kepadaku ketika
kami hendak keluar dari mobil.
“Kenapa?” Seraya aku melirik kearahnya, tampak
dia tersenyum sambil menyibak rambutnya
yang tergerai.
“Biar ngirit, uang kamarnya bisa aku belikan obat
untuk suamiku.”
“Oke, baiklah kalau begitu istri yang baik.”
“Ah, jangan begitu dong,” sambil mencubit
pahaku.
“Eit, jangan ketengah-tengah lho,” aku
menggoda.
“Ih mas nakal ah.”
Gurauanku yang hanya sesaat ternyata
ditanggapi lain oleh Iffah, tanpa sepengetahuanku
rona wajahnya berubah memerah. Wajar,
hampir setahun tubuh mulus itu sudah tidak
terjamah oleh suaminya. Lalu kami keluar dari
mobil menuju ke resepsionis dan mendapat
kamar dengan satu ranjang. Seorang belboy
atau pelayan mengantar kami dan membukakan
pintu.
“Masih ada yang bisa saya bantu pak?”
“Tidak,” seraya aku mengulurkan satu lembar
uang sepuluh ribu, “terimakasih mas” kataku.
“Saya juga terimakasih pak,” kata pelayan itu
seraya menerima uang yang aku sodorkan.
“Aku mandi dulu ya?”
“He-eh,” gumamku sambil mengeluarkan
beberapa pakaian untuk diletakkan kedalam
lemari.
Rencananya kami di Jogja selama dua hari. Ketika
aku menoleh kearah kamar mandi, ternyata
pintunya tidak ditutup selang beberapa saat
kemudian terdengar dia memanggilku,
“Mas”
Berlahan aku beranjak kearah suara dari dalam
kamar mandi, ‘DEG..!’ jantungku serasa mau
meloncat ketika aku sampai di pintu tampak Iffah
hannya mengenakan beha dan celana dalam
berwarna merah saja. Mataku melotot
memandang lekat-lekat kepayudaranya yang
masih tertutup beha ukuran 34, menggantung
indah. Sementara pelan mataku menyapu
kebagian bawah tampak selangkangannya
menonjol berbalut celana dalamnya. Dibaliknya
tersebunyi rambut-rambut tebal dan dengan
malu-malu Iffah menggeser salah satu kakinya
sehingga tampak belahan tempeknya samar-
samar.
“Mandi bareng mas”
“Y-Ya,” kataku gugup.
“Koq diem saja, lepas dong.”
Seperti kerbau dungu, aku melepas pakaian yang
aku pakai.
“Ah-h!”
Iffah terpekik ketika aku melepas celana dalamku,
tampak kontolku tegak menjulang. Suatu
anugerah yang tidak aku bayangkan, aku
memiliki kontol berukuran long size. Mendekati
angka 19.5 cm dari pangkal atasnya ditambah
bundar bagian bulat kepala kontolku yang
aduhai. Rambut didadaku yang merambat turun
menghiasai seputar pangkal kontolku. Kepalanya
yang bundar besar tidak dapat menutupi bahwa
memang aku memiliki kontol seukuran pisang
ambon besar, sungguh duakali ukuran standar
yang tinggi badanku 170 cm dan berat 62.5 kg.
“Ahhh..!” Iffah bergumam lirih didalam kamar
mandi berukuran 2×2 meter ketika aku masuk
mendekat.
“Segede ini mas punyamu,” mukanya memerah
menahan nafsu birahi, napasnya mulai
memburu memperlihatkan sepasang
payudaranya yang berukuran 34B bergetar-
getar. Terasa kelembutan telapak tangannya
ketika dia menggenggam batang kontolku, “tidak
sebanding dengan suamiku, hhmm..” kedua
tangannya meremas lembut hingga bagian
kepala kontolku.
“Bagaimana?”
Sambil aku mengusap rambutnya, sementara
pandangan Iffah tidak lepas dari kontolku yang
dirmasnya dengan lembut.
“Gedhee sekalee gito loh!”
Aku mengangkat wajahnya, dia menatap tajam
kearahku. Api birahi terlihat dari sorot matanya
yang nanar tajam menusuk kedalam kornea
mataku. Aku tidak perduli, aroma parfum dan
dan bau keringat sudah bercampur jadi satu.
Untung saja mobil yang kami pakai ber-AC dan
berparfum sehingga kami tidak bermandi
keringat ketika kami putar-putar Jogja untuk
menemui klien kami.
Sekian lama semenjak suaminya menderita
lumpuh, Iffah menghabiskan hari-harinya untuk
mengurus suaminya. Kelumpuhan yang
menimpanya membuat suaminya tidak mempu
menjalankan tugasnya sebagai seorang suami
dan laki-laki. Kini, kerinduan akan sentuhan
seorang laki-laki menohok jantungnya. Iffah
kuatir dan takut keluguan dan kealimanku
dimatanya akan menolak ajakannya. Wow
justru sebaliknya, dengan semangat juang tinggi
dan birahi yang meledak-ledak aku tidak menyia-
nyiakan kesempatan ini.
“Hhmm.. ssstttt..” aku menjatuhkan bibirku dan
mendapat sambutan hangat dari Iffah. Sebentar
dia melepaskan genggaman kontolku dan
melingkarkan naik kedaua tangannya kearah
leherku. Kedua tanganku merayap diseputar
punggungnya sementara bibir kami saling
berpagutan, lidah kami saling meliuk-liuk.
Sementara kontolku yang besar menekan
lembut selangkangannya.
“Hm-mmh…!!!”
Iffah melenguh, napasnya terasa hangat
menerpa ujung hidungku ketika aku menekan
pinggulku ke selangkangannya sehingga batang
kontolku menekan permukaan tempeknya.
Pandangannya gelap, besar, sangat besar kontol
ini pikirnya penuh birahi. Kontolku meliuk-liuk
dalam jepitan pinggulku dan selangkangannya
membuat keluar cairan bening dari kepala
kontolku.
Kami terus berpagutan, lidah kami meliuk-liuk
penuh nafsu, sementara air liurku dan air liurnya
sudah bersatu membasahi kedua mulut kami.
Tak ketinggalan kontolku melesat kesana-kemari
di permukaan celana dalamnya. Aku berusaha
melepas tali beha yang dipakainya, tersibak
sepasang payudaranya dan aku meremasnya
dengan lembut. Ciumanku merayap turun
kepermukaan puting susunya yang aku jepit
menggunakan sepasang bibirku.
“Sssttt..tt..mmaa… sss..” dia mencengkeram
kedua pundakku.
Sementara bibir dan hidungku asyik di sepasang
payudaranya, telapak tangannku berlahan
menarik turun celana dalamnya. Iffa hanya
bersandar pada bak air kamar mandi dengan
muka dan mulutnya mendesah.
“Terruss.. sss… masss..!!”
Ciumanku merayap turun, cairan keluar dan
meyayap turun dari liang vaginanya ketika
lidahku mulai bermain di klentitnya.
“Ah..hh..nikk..kk..mm..aat..!!!”
Iffah terdongak seraya sedikit membungkuk
manakala klentitnya dengan menggunakan
bibirku aku tarik dengan lembut keluar lalu ujung
lidahku menjilat sambil memutar-mutarnya.
“Pppp.. fff… fff….!!!”
Crot..crot..crot…!! Iffah terkulai sambil
memelukku dia sudah orgasme. Tangannya
menuntunku keatas ranjang, menyuruhku
duduk ditepian dengan dia berlutut dan
tangannya menggenggam kontolku sesaat
lidahnya mulai berputar-putar di kepala kontolku
yang telah mengeluarkan cairan. Berlahan
genggamannya bergerak naik turun mengocok-
ngocok kontolku yang berkilat-kilat akibat cairan
birahinya.
“Ahh-h”
Melihat aku terengah-engah Iffah menghentikan
kocokannya, kontolku sampai memerah dan
berdenyut-denyut.
“Dimasukkan mas,” Iffah bergegas naik
keranjang dan terlentang, membuka kedua
kakinya lebar-lebar sehingga tempeknya
membuka bagaikan buah durian yang disibak.
“Ahh-h,” dengan bimbingannya kontolku
mengarah kedinding vaginanya. Kepala kontolku
menyeruak masuk menembus hingga pangkal
vaginanya. Hangat, licin dan berdenyut-denyut
mencengkeram batang dan menjebak dalam-
dalam kepala kontolku. Dengan memeluknya
erat aku mempermainkan pinggulku naik turun.
“Sssttt.. ttt… nnni.. kk..mmaatt… sssstt..” Iffah
turut memutar-mutar pinggulnya, sementara
kontolku yang berukuran jumbo tercengkeram
erat oleh vaginanya yang biasanya dimasuki oleh
kontol suaminya yang berukuran standar.
Iffah menekan kuat pinggulku dengan kedua
tangannya tapi karena panjangnya 19.5 cm
maka 3/4 saja yang masuk, itupun Iffah sudah
sangat-sangat merem-melek. Luar biasa kontol
yang aku miliki, kesombongan melintas dalam
benakku. Tapi yang namanya pengalaman
merupakan modal yang utama selain besarnya
kontolku.
Tidak sampai lima belas kali sodokan tiba-tiba
crot-crot-crot aku menembakkan spermaku,
melihat itu Iffah tidak tinggal diam. Kedua kakinya
menelikung dipinggulku, mendekap sangat erat
dan crot-crot-crot diapun orgasme untuk yang
kedua kalinya.
“Ennaaakk..gila!”
“Mau telpon siapa?” Kataku disuatu pagi ketika
kami merencanakan untuk kembali ke
Pekalongan.
“Telpon rumah,” katanya dengan manja sembari
tiduran di ranjang losmen. Mataku memandang
payudaranya dalam balutan kaos berwarna biru
ketat. Dibagian pusarnya terlihat dan resletting
celana jeans-nya tidak dikancingkan sehingga
celana dalamnya yang berwarna biru terlihat
sangat kontras dengan warna kulit tubuhnya
yang putih mulus.
“Kangen?” Selidikku dengan nadah cemburu,
aneh padahal toh dia akan menelepon suaminya.
Suaminya yang sah dan aku cemburu justru
akulah yang aneh, tapi itu tidak aku sadari. Aku
menelan ludah manakala tanpa sengaja Iffah
menggeser badanya sehingga resletting
celananya semakin melorot sampai kedasar,
hanya tinggal menunggu ditarik turun maka
terbukalah semuanya.
“Mau bilang kalau aku pulang tiga hari lagi,” dia
melirik manja kearahku dan mungkin dengan
sengaja sedikit menurunkan belahan celananya
dan telapak tangan kirinya merayap
kepermukaan celana dalamnya yang berwarna
biru, lalu terdengar dia berbicara dengan
seseorang di telepon genggamnya. Aku hanya
melongo, pintu lemari yang hendak aku buka
aku tutup kembali.
“Pa, masih ada orderan yang harus aku
selesaikan nih. Aku balik tiga atau empat hari lagi,
gimana kabarnya?”
Iffah diam sedang mendengar suara balasan dari
HP-nya.
“Aku hati-hati deh pa, da.” Lalu dia memandang
kearahku, aku hanya melongo didepan lemari.
“Tiga hari lagi kita pulang, oke?”
Iffah melepas kaos yang dipakainya beserta
behanya, membuat payudaranya yang bulat
kenyal terbuka, sementara celana jeansnya
sudah hampir 1/3 melorot kebawah.
“Ayo, kita mulai lagi”
Aku merayap di dadanya dengan tidak
mengenakan pakaian selembar pun, kami
berdua kembali berbugil ria di pagi itu.
“Uggh..hh..!”
“Auww..!”
“Massuu.. kk..” Seraya aku menyodokkan
pinggulku.
“Ssstt.. ttt.. nnii..kkk..mm..m..aaat..”
Sodokan dari pinggulku ke liang vaginanya
alhasil membuatnya kelojotan, cairan yang
keluar dari vaginanya sebagai pelicin karena
sekali lagi hanya 3/4 kontolku yang tertancap di
dalam vaginanya. Bukan erangan kesakitan
melainkan erangan kenikmatan yang keluar dan
akan berulang-ulang terdengar sampai beberapa
hari kedepan. Satu lagi kelebihanku adalah
ternyata aku mampu melakukan orgasme
sampai tiga kali, ini yang jarang dimiliki oleh laki-
laki lain. Kelebihanku inilah yang dimanfaatkan
oleh Iffah sehingga membuatnya mana tahaann.
Masih ada Iffah-Iffah lain yang ikut merasakan
kontolku, dimana dalam pekerjaanku aku
termasuk sukses nyatanya order perusahaan
sangat banyak sehingga pegawai marketing pun
aku tambah. Tidak jarang selama aku bawa
mereka keluar kota mereka aku perlakukan
sebagai selimut biologisku tentunya dengan
iming-iming bonus yang besar.
Inilah yang membuat mereka tergiur, semua
berkat uang. Bagiku itu semua gampang,
dengan bonus sangat besar dari perusahaan aku
dapat memenuhi kebutuhan staffku yang
bersedia dan harus mau menjadi selimut
biologisku. Beberapa diantaranya menolak dan
mereka menanggung akibatnya yaitu aku
keluarkan dengan dalih banyak hal.


Adult | GO HOME | Exit
1/967
U-ON

inc Powered by Xtgem.com